Rabu, 26 Desember 2012



Peringatan Hari Ibu dan dan Potret Buram Ibu di Indonesia

Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Berbagai seremonial diadakan untuk menyambut hari Ibu. Mulai dengan pemberian hadiah dari para anak kepada para Ibu masing-masing, sampai dengan berbagai lomba dan kontes khusus untuk para Ibu. Namun bagaimana dengan nasib kaum Ibu di Indonesia, apakah sudah sesejahtera perayaan hari Ibu?
Isu kesetaraan gender dan kondisi ekonomi yang sulit telah menjadikan para perempuan dan kaum ibu merasa nyaman berada di wilayah publik. Sejumlah besar buruh pabrik didominasi oleh kaum perempuan, yang sebagian diantaranya berstatus Ibu. Sejumlah kaum perempuan “yang beruntung” mengaktualisasikan dirinya sebagai wanita karir yang “sukses”. Halusinasi “wanita sukses adalah wanita bekerja” telah meracuni benak kaum hawa.
Nyatanya, kaum perempuan yang berada di ranah publik ini berada dalam kondisi terpaksa bekerja tuntutan biaya kehidupan, pendidikan, kesehatan, dll yang semakin besar. Keterpaksaannya ini membuat kaum perempuan rela dieksploitasi. Gaji yang diterima tidak sepadan dengan kerja keras mereka. Akibatnya, para perempuan berada di bawah kendali para pemilik modal. Maka kondisi ini sejatinya tidaklah  meningkatkan harkat dan martabat perempuan itu sendiri, malah menghinakan kaum perempuan.
Kondisi di atas berdampak pada menurunnya kualitas peran ibu di rumah tangga. Fenomena kenakalan remaja dengan mudah kita temukan. Selain itu, hal itu berdampak pada berkurangnya ketaatan istri kepada suami khususnya ketika penghasilan suami lebih rendah daripada istri. Hal ini memicu keretakan dalam rumah tangga yang tidak jarang berakhir dengan perceraian dan anak-anak yang broken home.
 Inilah hasil dari sistem yang mengorientasikan segala sesuatunya pada materi semata. Kehidupan tipe ini memandang kebahagiaan keluarga semata diukur oleh sejumlah harta dan fasilitas materi yang dapat dipenuhi secara kasat mata, tanpa memperhatikan kebutuhan maknawi dan spiritual, seperti kasih sayang dan kehangatan Ibu dalam keluarga dan kebutuhan akan ketaatan pada Sang Pencipta, Allah SWT.
            Karenanya, momen hari Ibu ini adalah saat yang penting untuk mengembalikan peran dan posisi Ibu sebagai pendidik generasi  dan pengatur rumah tangga. Yang kalaupun wanita bekerja, itu bukan karena “keterpaksaan” karena tidak ada yang menafkahi diri dan keluarganya.
Kondisi semacam ini akan tercipta dalam tatanan masyarakat yang menerapkan aqidah Islam dalam seluruh aspek kehidupan, dimana negara memberikan jaminan atas pemenuhan kebutuhan ibu  seraya membuka kesempatan kerja bagi para lelaki yang bertanggung jawab memberi nafkah bagi keluarganya, sehingga tidak membiarkan kaum Ibu menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, bahkan negara.

Wassalam,
Elis Ratna K.